Mama Muda Yang Sexy

Awalnya aku berada di sebuah toko yang menjual berbagai macam buku-buku, untuk membeli majalah edisi khusus, yang katanya sih edisi terbatas. Hari itu aku mengenakan kaos t-shirt putih serta celana katun abu-abu.

Saat itu keadaan di toko buku tersebut tidak terlalu ramai, meskipun saat itu merupakan jam makan siang, hanya ada kurang lebih 7-8 orang. Aku segera mendatangi rak bagian majalah. Nah, ketika aku hendak mengambil majalah tersebut ada tangan yang juga hendak mengambil majalah tersebut. Kami pernah saling merebut sesaat (sepersekian detik) serta kemudian saling melepaskan pegangan pada majalah tersebut hingga majalah tersebut jatuh ke lantai.

“Maaf..” kataku sambil memungut majalah tersebut serta memberbaginya terhadap orang tersebut yang nyatanya merupakan seorang wanita yang berusia kurang lebih 37 tahun, berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak berani), tingginya sama denganku (memakai sepatu hak tinggi), serta dadanya lumayan membusung. “Busyet! molek juga nih ibu-ibu”, pikirku.

“Nggak pa-pa kok, nyari majalah xxx juga yah.. saya telah mencari ke mana-mana tapi nggak dapet”, katanya sambil tersenyum manis.
“Yah, edisi ini katanya sih terbatas Mbak..”
“Kamu suka juga gambargrafi yah?”
“Nggak kok, cuma buat koleksi aja kok..”
Lalu kami berkata tidak sedikit mengenai gambargrafi hingga akhirnya, “Mah, Mamah.. Ira telah dapet komiknya, beli dua ya Mah”, potong seorang gadis cilik tetap berseragam SD.
“Telah dapet Ra.. oh ya maaf ya Dik, Mbak duluan”, katanya sambil menggandeng anaknya.
Kurang lebih setengah jam kemudian ada yang menegurku.
“Hi, asyik amat baca bukunya”, tegur suara wanita yang halus serta nyatanya yang menegurku merupakan wanita yang tadi berangkat bersama anaknya. Rupanya dirinya balik lagi, nggak bawa anaknya.
“Ada yang kelupaan Mbak?”
“Oh tidak.”
“Putrinya mana, Mbak?
“Les piano di daerah Tebet”
“Nggak dianter?
“Oh, supir yang nganter.”

Kemudian kami terlibat pembicaraan mengenai gambargrafi, lumayan lama kami berkata hingga kaki ini pegal serta mulut pun jadi haus. Akhirnya Mbak yang bernama Maya tersebut mengajakku makan fast food di lantai bawah. Aku duduk di dekat jendela serta Mbak Maya duduk di sampingku. Harum parfum serta tubuhnnya membikinku konak. Serta aku merasa, terus lama dirinya terus mendekatkan badannya padaku, aku juga merasakan tubuhnya sangat hangat.

Busyet dah, lengan kananku rutin bergesekan dengan lengan kirinya, tidak keras serta kasar tapi sehalus mungkin. Kemudian, kutempelkan paha kananku pada paha kirinya, terus kunaik-turunkan tumitku jadi pahaku menggesek-gesek dengan perlahan paha kirinya. Terlihat dirinya berbagai kali menelan ludah serta menggaruk-garukkan tangannya ke rambutnya. Wah dirinya udah kena nih, pikirku. Akhirnya dirinya mengajakku berangkat meninggalkan restoran tersebut.

“Ke mana?” tanyaku.
“Terserah kalian saja”, balasnya mesra.
“Kamu tahu nggak tempat yang privat yang enak buat ngobrol”, kataku memberanikan diri, terus terang aja nih, maksudku sih motel.
“Aku tahu tempat yang privat serta enak buat ngobrol”, katanya sambil tersenyum.

Kami memakai taksi, serta di dalam taksi itu kami hanya berdiam diri lalu kuberanikan untuk meremas-remas jemarinya serta dirinya pun membalasnya dengan lumayan hot. Sambil meremas-remas kutaruh tanganku di atas pahanya, serta kugesek-gesekkan. Hawa tubuh kami meningkat dengan tajam, aku tidak tahu apakah sebab AC di taksi itu sangat kurang baik apa nafsu kami telah sangat tinggi. cerita seks.

Kami tiba di sebuah motel di kawasan kota serta langsung memesan kamar standart. Kami masuk lift diantar oleh seorang room boy, serta di dalam lift tersebut aku memilih berdiri di belakang Mbak Maya yang berdiri sejajar dengan sang room boy. Kugesek-gesekan dengan perlahan burungku ke pantat Mbak Maya, Mbak Maya pun memberi respon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan gesekanku.

Ketika room boy meninggalkan kami di kamar, langsung kepeluk Mbak Maya dari belakang, kuremas-remas dadanya yang membusung serta kucium tengkuknya. “Mmhh.. kalian nakal sekali deh dari tadi.. hhm, aku telah tidak tahan nih”, sambil dengan cepat dirinya membuka bajunya serta dilanjutkan dengan membuka roknya. Ketika tangannya mencari reitsleting roknya, tetap sempat-sempatnya tangannya meremas batanganku.
Dia segera membalikkan tubuhnya, payudaranya yang berada di balik BH-nya telah membusung. “Buka dong bajumu”, pintanya dengan penuh kemesraan. Dengan cepat kutarik kaosku ke atas, serta celanaku ke bawah. Dirinya pernah terbelalak ketika menonton batang kemaluanku yang telah keluar dari CD-ku. Kepala batangku cuma 1/2 cm dari pusar. Aku sih tidak mau ambil pusing, segera kucium bibirnya yang tipis serta kulumat, segera terjadi pertempuran lidah yang lumayan dahsyat hingga nafasku ngos-ngosan dibuatnya.

Sambil berciuman, kutarik kedua cup BH-nya ke atas (ini merupakan tutorial paling gampang membuka BH, tidak butuh mencari kaitannya). Serta bleggh.., payudaranya sangat besar serta bulat, dengan puting yang kecil warnanya coklat serta terlihat urat-uratnya kebiruan. Tangan kananku segera memilin puting sebelah kiri serta tangan kiriku sibuk menurunkan CD-nya.

Ketika CD-nya telah mendekati lutut segera kuaktifkan jempol kaki kananku untuk menurunkan CD yang menggantung dekat lututnya, serta bibirku terus turun melewati lehernya yang lumayan jenjang. Nafas Mbak Maya terus mendengus-dengus serta kedua tangannya meremas-remas buah pantatku serta kadang-kadang memencetnya.

Akhirnya mulutku hingga juga ke buah semangkanya. Gila, besar sekali.. ampun deh, kurasa BH-nya diimpor dengan cara khusus kali. Kudorong tubuhnya dengan cara perlahan hingga kami akhirnya saling menindih di atas kasur yang lumayan empuk. Segera kunikmati payudaranya dengan memakai tangan serta lidahku bergantian antara kiri serta kanan.

Seusai lumayan puas, aku segera menurunkan ciumanku terus ke bawah, ketika ciumanku mencapai bagian iga, Mbak Maya menggeliat-geliat, saya tidak tahu apakah ini sebab efek ciumanku alias kedua tanganku yang memilin-milin putingnya yang telah keras. Serta terus ke bawah terlihat bulu kemaluannya yang tercukur rapi, serta wangi khas wanita yang sangat merangsang membikinku bergegas menuju liang senggamanya serta segera kujilat bagian atasnya berbagai kali.

Kulihat Mbak Maya segera menghentak-hentakkan pinggulnya ketika aku memainkan klitorisnya. Serta kini terlihat dengan jelas klitorisnya yang kecil. Dengan rakus kujilat dengan keras serta cepat. Mbak Maya bergoyang (maju mundur) dengan cepat, jadi target jilatanku nggak begitu cocok, segera kutekan pinggulnya. Kujilat lagi dengan cepat serta cocok, Mbak Maya ingin menggerak-gerakkan pinggulnya tapi tertahan.

Tenaga pinggulnya luar biasa kuatnya. Aku berusaha menahan dengan sekuat tenaga serta erangan Mbak Maya yang tadinya sayup-sayup kini menjadi keras serta liar. Serta kuhisap-hisap klitorisnya, serta aku merasa ada yang masuk ke dalam mulutku, segera kujepit diantara gigi atasku serta bibir bawahku serta segera kugerak-gerakkan bibir bawahku ke kiri serta ke kanan sambil luar biasa ke atas.

Mbak Maya menjerit-jerit keras serta tubuhnya melenting tinggi, aku telah tidak kuasa untuk menahan pinggulnya yang bergerak melenting ke atas. Terasa liang kewanitaannya sangat basah oleh cairan kenikmatannya. Serta dengan segera kupersiapkan batanganku, kuarahkan ke liang senggamanya serta, “Slebb..” tidak masuk, hanya ujung batanganku saja yang menempel serta Mbak Maya merintih kesakitan. cerita seks.

“Pelan-pelan Ndi”, pintanya lemah.
“Ya deh Mbak”, serta kuulangi lagi, tidak masuk juga. Busyet nih cewek, telah punya anak tapi tetap kayak perawan begini. Segera kukorek cairan di dalam liang kewanitaannya untuk melumuri kepala kemaluanku, lalu perlahan-lahan tapi tentu kudorong lagi senjataku. “Aarrghh.. pelan Ndi..” Busyet padahal baru kepalanya saja, telah susah masuknya. Kutarik perlahan, serta kumasukan perlahan juga. Pada hitungan ketiga, kutancap agak keras. “Arrhhghh..” Mbak Maya menjerit, terlihat air matanya meleleh di segi matanya.

“Kenapa Mbak, mau udahan dulu?” bisikku padda Mbak Maya seusai menontonnya kesakitan.
“Jangan Ndi, terus aja”, balasnya manja.

Kemudian kumainkan maju mundur serta pada hitungan ketiga kutancap dengan keras. Yah, bibir kemaluannya ikut masuk ke dalam. Wah sakit juga, habis hingga bulu kemaluannya ikut masuk, bayangkan aja, bulu kemaluan kan kasar, terus menempel di batanganku serta dijepit oleh bibir kewanitaan Mbak Maya yang ketat sekali.
Dengan usaha tiga hitungan tersebut, akhirnya mentok juga batanganku di dalam liang senggama Mbak Maya. Terus terang saja, usahaku ini sangat menguras tenaga, faktor ini bisa dilihat dari keringatku yang mengalir sangat deras.

Seusai Mbak Maya tenang, segera senjataku kugerakkan maju mundur dengan perlahan serta Mbak Maya mulai menikmatinya. Mulai ikut bergoyang serta suaranya mulai ikut mengalun bersama genjotanku. Akhirnya liang kewanitaan Mbak Maya mulai terasa licin serta rasa sakit yang didampakkan oleh kasar serta lebatnya bulu kemaluannya sedikit bertidak lebih serta bagiku ini merupakan sangat nikmat.

Baru kurang lebih 12 menitan menggenjot, tiba-tiba dirinya memelukku dengan kencang serta, “Auuwww..”, jeritannya sangat keras, serta berbagai detik kemudian dirinya melepaskan pelukannya serta terbaring lemas.
“Istirahat dulu Mbak”, tanyaku.
“Ya Ndi.. aku ingin istirahat, abis capek banget sich.. Tulang-tulang Mbak terasa mau lepas Ndi”, bisiknya dengan nada manja.
“Oke deh Mbak, kami lanjutkan kelak aja..”, balasku tidak kalah mesranya.
“Ndi, kalian tidak jarang ya ginian sama wanita lain..”, pancing Mbak Maya.
“Ah nggak kok Mbak, baru hari ini”, jawabku berbohong.
“Tapi dari caramu tadi terlihat profesional Ndi, Kalian luar biasa Ndi.. Sungguh perkasa”, puji Mbak Maya.
“Mbak juga hebat, celah surga Mbak sempit banget sich.., padahal kan Mbak udah punya anak”, balasku balik memuji.
“Ah kalian bisa aja, kalau itu sich rahasia dapur”, balasnya manja.
Kamipun tertawa berdua sambil berpelukan.

Tak terasa sebab lelah, kami berdua tertidur pulas sambil berpelukan serta kami kaget saat terbangun, rupanya kami tertidur selagi tiga jam. Kami pun melanjutkan permainan yang tertunda tadi. Hari ini permainan lebih buas serta liar, kami bercinta dengan bermacam-macam posisi.

Dan yang lebih mengasyikan lagi, pada permainan bagian kedua ini kami tidak menemui kesusahan yang berarti, sebab tidak hanya kami telah sama-sama berpengalaman, nyatanya liang senggama Mbak Maya tidak sesempit yang pertama tadi, mungkin sebab telah ditembus oleh senjataku yang luar biasa ini jadi saat ini lancarlah senjataku memasuki liang sorganya. Tapi permainan ini tidak berjalan lama sebab Mbak Maya wajib cepat-cepat pulang menemui anaknya yang telah pulang dari les piano.

Tapi sebelum berpisah kami saling memberbagi alamat serta nomer telepon jadi kami bisa bercinta lagi di lain saat dengan tenang serta damai.

Comments

Popular posts from this blog

Mengintip Pembantu Sampai Berujung Jadi Ngewe

Ngentot Sama Sahabat Sendiri

Pijat Dada Teman Kuliahku Yang Sangat Montok